Review Spotify : Premium User vs Free User








Sudah genap seminggu spotify merilis layanannya di Indonesia, entah kenapa layanan streaming musik yang satu ini agak telat masuk Indonesia, dibandingkan dengan pesaingnya yaitu Deezer, Joox dan Apple Music. Buat kamu yang masih ragu-ragu untuk membayar Rp.49,000 perbulan hanya untuk dengerin musik? Berikut ini adalah review pengalaman menggunakan Spotify Premium dan Free..




Sebelum lanjut, buat kamu yang belum daftar, spotify menyediakan masa percobaan premium gratis selama 7 hari. Hajar !!!


Review Spotify Premium :
- Koleksi lagunya buanyak
Dikutip dari sini, spotify memiliki koleksi lagu ketiga terbanyak setelah Apple Music (Punya iTunes gituu) & Deezer dengan 30 juta lagu. Poin plusnya lagi adalah, spotify menyediakan banyak playlist yang sesuai dengan aktiitas dan mood kita.



- Bisa dengerin musik dari berbagai perangkat

Yup, 1 akun spotify bisa digunakan di berbagai perangkat, mobile (iOs & Android), komputer (windows), web (play.spotify.com) bahkan dari playstation !

- Offline listening
Ini bagian yang paling gue suka, kita bisa nyimpen lagu untuk bisa didengarkan secara offline, terserah, mau 1 lagu, 1 album, atau 1 playlist dengan 100 lagu, bisa, asalkan memori smartphone cukup.
Oh ya, lagu yang sudah di-download hanya bisa diputar menggunakan spotify, tidak bisa dicari file mp3nya. Jadi bebas pembajakan. (cmiiw)


Daannnn, semua berubah ketika masa premium sudah habis, saatnya menikmati spotify free.

Review Spotify Free :
Sebagai anak kost, gue harus bener-bener mikirin budget pengeluaran tiap bulan, apalagi ada tagihan bulanan berupa wifi kontrakan dan paket data smartphone yg harus dibayar, lah ini mau ditambah langganan spotify yang harganya lumayan (bagi anak kost).
Okay, sebelum ada duit, kita syukuri dulu apa yang ada, Spotify FREE !!!
At first, ga ada yang beda sih, cuma :

- Ga bisa pilih lagu
kamu ga bisa langsung play lagu  yang spesifik, melainkan harus klik shuffle play, jadi pemutaran lagu akan dilakukan secara acak.
Misal, waktu kangen sama pacar trus mau muter lagunya Kangen Band - Pujaan Hati, eh pas di shuffle play malah muter lagu kangen band yang judulnya "Cinta Terlarang".


- Ga bisa dengerin offline

Again, di spotify FREE kita kehilangan another major feature, yaitu offline listening, ketika kita sudah menyimpan lagu-lagu favorit dan di-set available offline, setelah masa premium habis, kita harus online untuk mendengarkan playlist tadi.

- Ada iklan setiap 4 lagu
Jangan salah dulu, iklan disini gak sepanjang iklan di tv, cuma 30 detik, dan materi iklannya gak bakalan macem-macem (ga bakalan ada iklan minuman bersoda yg tumpe-tumpe), hanya iklan suara tentang keuntungan spotify premium dan promosi lagu-lagu terbaru.






Kesimpulan :
Buat kamu yang selalu butuh dengerin musik setiap saat, entah itu saat liburan, macet, belajar, maka Spotify Premium sangat worthed buat kamu, apalagi kalo kamu sering berpetualang di alam bebas (kan gak mungkin selalu dapet sinyal bagus), fitur offline playernya berguna banget.
Tapi, kalo kamu yang dengerin musiknya jarang-jarang, cuma kalo lagi galau atau mager, dan didukung dengan kuota internet yang melimpah, kayaknya dengerin musik dari Youtube cukup deh. (hehehe).

Itu dia review Spotify Indonesia, aturannya simple sih, kalo ada duit, langsung beli yang premium aja, sekalian ikut dukung karya musisi dan mengurangi pembajakan lagu.

0 komentar :

Musik EDM

Kenalan Sama Musik EDM
Maraknya lagu-lagu elektronik bikin kita pengin berkenalan lebih jauh sama EDM (Electronic Dance Music). Yuk, kita tengok perkembangan EDM di tiap zaman dan para DJ yang ngetren kala itu.

Apa itu EDM?
Sebelumnya, kita berkenalan dulu dengan jenis musik satu ini. EDM banyak dikenal orang sebagai musiknya orang dugem, atau musik dance, atau juga diketahui sebagai musik yang diproduksi oleh para DJ (disc jockey). EDM atau kepanjangan dari electronic dance music memang berhubungan dengan kehidupan malam, lantai dansa, dan disc jockey(DJ) atau produser musik elektronik. Tapi, ada penjelasan lebih jauh tentang musik elektronik yang selalu menjamur di kalangan remaja di tiap zaman ini.

Electronic dance music adalah produksi musik melalui berbagai instrumen elektronik seperti synthesizermidi keyboard, turntable, mixer, bass, dan sebagainya. Di masa kini, EDM bahkan bisa diproduksi melalui berbagai aplikasi komputer. Makanya, para DJ dan produser sering tampil dengan menggunakan laptop mereka. Musik-musik yang dihasilkan merupakan gabungan dari berbagai instrument elektronik tersebut.

EDM di tiap zaman
1960s
Ini adalah masa kelahiran musik elektronik. Pada era itu, instrumen elektronik yang dipakai antara lain bass dan beberapa synthesizer. Musik-musik pop dan rock mulai menambahkan instrumen tersebut ke dalam lagu-lagu mereka. Misalnya saja band legendaris The Beach Boys di lagu Good Vibrations (1966).

Artis: EDM memang belum akrab di telinga para pecinta musik pada masa itu. Tapi ada satu produser dari Australia, Val Stephen, yang merilis satu album penuh EDM di era itu. Setelah itu, banyak produser yang mulai memanfaatkan instrumen elektronik walau lebih digunakan untuk mengatasi masalah teknis suara.

1970sEra ini terkenal banget sebagai kejayaan musik disko. EDM yang terkenal pada masa itu pun merupakan musik elektronik disko. Penyanyi seperti Donna Summer atau band seperti Bee Gees adalah artis disko yang populer di era ini. Mereka mulai menggunakan sentuhan musik elektronik di jaman itu. Enggak cuma musik disko, muncul pula subgenresynthpop yang mulai diminati masyarakat.

Artis: Di era 70an mulai muncul juga band yang berfokus pada musik elektronik dansynthpop yaitu Kraftwerk asal Jerman yang terkenal dengan salah satu albumnya, Autobahn (1974).

1980sSetelah kepopuleran Kraftwerk di era 70-an, synthesizer pun jadi instrumen musik elektronik yang dominan pada era 80-an. Kemunculan genre alternatif seperti synthpoppun kemudian menggeser eksistensi musik disko 70-an.

Artis: Kraftwerk tetap mempopulerkan EDM mereka di era ini. Selain itu, di era ini juga mulai muncul sebuah budaya DJ dengan DJ-DJ terkenal seperti Larry Levan dan Frankie Knuckles.

1990s
Penggunaan komputer mulai banyak digunakan musik elektronik pada era ini. Dengan perkembangan teknologi dan komputer, membuat semakin banyak orang dapat memproduksi musik elektronik mereka sendiri. Wilayah Eropa terutama Jerman menjadi saksi kemunculan DJ dan produser musik elektronik ternama.

Artis: DJ seperti Paul Van Dyk jadi salah satu nama penting dalam dunia musik elektronik khususnya subgenre musik trance pada era itu. Beberapa musiknya yang terkenal adalahremix lagu Love Stimulation karya Humate dan hit single Paul yang berjudul For an Angel.

2000s
Di era ini, EDM makin berkembang. Mulai muncul juga berbagai sub-genre seperti trap(hip-hop elektronik), dubstepnu-disco, dan electro house.

Artis: Salah satu artis EDM beraliran nu-disco adalah duo asal Prancis Daft Punk yang namanya mulai terkenal di akhir 1990-an dan awal 2000-an. Beberapa DJ lain yang mungkin namanya udah enggak asing lagi merupakan artis EDM nu-disco dan electro house era ini bahkan hingga sekarang yaitu Calvin Harris, David Guetta, Deadmau5, dann Avicii. Selain itu, ada pula genre trap yang mulai dikenal dengan kemunculan duo DJFlosstradamus di era 2000-an. 

         Sekarang, EDM tetap menjamur. Sub-genre dubstep menjadi semakin dikenal di era ini. Begitu juga dengan electro house kian bermunculan di jaman 2010-an. Genre electro poppun semakin dikenal masyarakat. Para DJ 2000-an terlihat sering melakukan kolaborasi dengan penyanyi-penyanyi ternama. Misalnya, Calvin Harris berkolaborasi dengan Rihanna dalam lagu We Found Love dan  David Guetta feat. Usher dengan lagu Without You.

Artis: Di awal era ini, dubstep jadi musik yang cukup digemari berbagai kalangan. Apalagi dengan kepopuleran Skrillex dengan yang memproduksi musik dubstep di lagu First of the Year (Equinox).

Zedd adalah DJ asal Jerman yang belum lama ini manggung di Djakarta Warehouse Project 2013. Cowok bernama asli Anton Zaslavski ini punya musik yang enak banget seperti lagu hits-nya Clarity yang berkolaborasi dengan Foxes. 

Selain itu, EDM juga kedatangan produser muda asal Inggris yaitu Disclosure. Settle, debutalbum duo bersaudara Guy dan Howard Lawrence ini bahkan langsung mendapat nominasi Best Dance Album untuk Grammy Awards 2014.

(nana, foto: vibe.com)

0 komentar :

Le Bot 8.9



Hello Guys ..


Kali ini gue bakal share ke kalian Le Bot 8.9

Menurut gue sih ini Bot yang baru , tapi gak tau kalo ada Bot New Version lagi ..


Langsung aja ..



Link Download.

Google Drive : Disini



Whats New??
  • Some bug fixed
  • New interface
  • New menu "Use Boost"

Nahh yang baru dari Bot 8.9 ini ada Menu "Use Boost"
Kegunaannya dari Menu ini :

                     - Bisa milih Boost sesuka hati kalian
                     - Semua Boost ada
                     - Sayangnya durasi boost hanya 20 menit

Untuk tau apalagi yang baru, bisa langsung didownload dan dimainkan.

Thanks.

3 komentar :

DIABLO III: Reaper of Souls

[OFFICIAL] DIABLO III: Reaper of Souls | No one can stop death

No one can stop deathThe Prime Evil rages within the Black Soulstone, its essence screaming for vengeance and release. Before the artifact can be sealed away forever, Malthael – Angel of Death – manifests in the mortal realms with a deadly new purpose: to steal the Black Soulstone and bend its infernal power to his will. So begins the end of all things








Diablo III: Reaper of Souls System Requirements

MINIMUM REQUIREMENTS

PC:
Operating System: Windows® XP/Windows Vista/Windows 7/Windows 8 (latest service packs) with DX 9.0c
Processor: Intel® Pentium® D or AMD Athlon™ 64 X2
Video: NVIDIA® GeForce® 7800GT or ATI Radeon™ X1950 Pro 

Mac:
Operating System: Mac® OS X 10.8 (latest version)
Processor: Intel® Core™ 2 Duo 
Video: NVIDIA® GeForce® 8600M GT or ATI Radeon™ HD 2600 Pro

All Platforms:
Memory: 2 GB RAM 
Storage: 25 GB available HD space
Internet: Broadband Internet connection
Media: DVD-ROM drive (required for retail disc versions only)
Resolution: 1024X768 minimum display resolution

RECOMMENDED SPECIFICATIONS

PC:
Operating System: Windows® 7/ Windows 8 (latest service pack)
Processor: Intel® Core™ 2 Duo 2.4 GHz or AMD Athlon™ 64 X2 5600+ 2.8GHz
Video: NVIDIA® GeForce® GTX™ 260 or ATI Radeon™ HD 4870 or better 

Mac:
Operating System: Mac® OS X 10.9 (latest version)
Processor: Intel® Core™ i3 or better
Video: NVIDIA® GeForce® GT 650M or ATI Radeon™ HD 5670 or better

All Platforms:
Memory: 4 GB RAM 
Storage: 25 GB available HD space
Internet: Broadband Internet connection
Media: DVD-ROM drive (required for retail disc versions only)
Resolution: 1024X768 minimum display resolution

0 komentar :

The Worst People Ever: 8 Ways To Spot The Annoying Social Climber

Stocksy

They're vile, manipulative, pretentious and shameless. Social climbers are the boils on the butt of modern civilization.
They claim credit and notoriety without making any real efforts or exhibiting any real skills in life.
How can you tell for sure if you are in the company of real, bona fide social climbers, you ask? Here's how:

They drip with designer labels from head to toe.

Look for anyone wearing a monogrammed Louis Vuitton purse, Cartier watch, Christian Louboutin pumps and Chanel sunglasses. Notice that the labels are conspicuously flaunted, so even a partially blind stranger could see them.
Not to mention, this is just the outfit used for going to Walmart to pick up shampoo.
Look really close, though, as not all social climbers can afford full-body branding. Does that say, “Berburry?”

They always post luxurious adventures on social media.

They tweet “afternoon tea at the Fairmont” or “T-minus 15 days to Gstaad!” Their Instagrams are filled with photos of shopping sprees and conquests.
Your news feed is bleeding with their whereabouts (not that you really even care where they hang out). They'll do anything (and do it loudly) to make sure you know the cool, exclusive, elitist things they're doing.

They namedrop like a pigeon with diarrhea.

Every conversation is an opportunity for namedropping. If you pass by one of them and casually say “hello,” you might get an answer along the lines of “Or 'ciao,' as Valentino would say.
I ran into him when I was in Europe a few months ago.” You can do nothing but accept the gross levels of pretension.

They’re fair-weather friends — only there when you’re on top.

They only take notice of you when you have enough cash to buy a round of drinks or have succeeded in making a name for yourself via your hard work and talent.

They refer to themselves as “socialites” or “celebrities.”

No one else in his or her right mind would actually acknowledge these people, as social climbers don’t have any real achievements to their name.
So, they have no choice other than to resort to self-marketing.

They trash-talk other “climbers.”

If these people have any real skill, it's the ability to identify others of their own kind. Once they accomplish this, they stop at nothing to put down the others. “Oh, Chelsea? Yeah, I know her.
She slept with half of the men in her building.” Why say this? Well, social climbing is tedious work; there’s not enough room up top once you get there.

They try to convince you of how awesome and inspirational they are.

They'll tell you stories, like the time one was called to help out at the local soup kitchen and happily obliged (despite it really being mandatory community service for a DUI).
Or, the time another gave her Starbucks venti to a homeless man out of the goodness of her heart (when actually, she just got the wrong order). They will try to convince you that they are nice people, so if you find out their true intentions, you’d think twice about bursting their bubbles.

They stay vague about personal info.

Try asking one what she does for a living and prepare for an unspecific answer like, “Oh, I do event management in the city.” Social climbers skillfully avoid revealing the truth, which might be the afternoon shift at Hooters.
They’d never invite you over to their houses, as they happen to live in slightly unglamorous locales. “Sorry, I’m getting my apartment redecorated so it’s a huge mess right now.” Right.
The last thing they want to happen is for people to discover that they're not who they claim to be.
Photo Courtesy: We Heart It
Subscribe to Elite Daily's official newsletter, The Edge, for more stories you don't want to miss.

1 komentar :

Review Battlefield 4 – Seri Terbaik Battlefield Dengan Peningkatan Kualitas Cerita

Battlefield 4 adalah jawaban Electronic Arts terhadap game seri Call of Duty yang sudah sangat mendunia. Peluncuran Battlefield 4 ini sudah sangat dinantikan oleh para fans FPS diseluruh dunia dan jika kamu tidak tahu pernah mendengar mengenai Battlefield sama sekali maka kemungkinan besar kamu tinggal di goa :). Tapi apakah game ini berhasil melakukannya kali ini atau apakah seri terbarunya ini hanya sekedar pembaharuan yang nantinya juga akan terlupakan dengan cepat?
blastin

Gameplay: Masih Sama Dengan Battlefield Sebelumnya

Jika kamu pernah memainkan seri sebelumnya maka kamu tidak akan menemukan banyak kejutan di Battlefield 4. Bahkan jika kamu pernah bermain game shooter apapun maka Battlefield 4 akan terasa sangat familiar. Kamu akan mengendarai kendaraan perang, meledakkan dinding, menembak tank dan ratusan tentara musuh. Seperti seri sebelumnya di seri Battlefield 4 ini, gamenya terasa lebih open dibanding dengan Call of Duty dalam hal pendekatan perangnya, namun masih belum dapat disebut sebagai open world game.
Kontrolnya terasa akurat seperti biasanya dan setiap senjata yang saya tembakan terasa memiliki bobot dan bertenaga. Tapi itu bukan berarti semua senjata terasa sama, tentu saja setiap senjata memiliki “feel”nya masing-masing dan kamu akan menemukan banyak sekali pilihan dalam seri kali ini. Dalam story modenya kamu dapat memilih senjata yang sudah kamu temukan selama bermain ketika mengakses ammo crate, jadi bukan senjata yang tergeletak di sekitar kamu saja yang dapat dipakai.
Memang pada awalnya tidak akan terlalu terasa, namun seiring kamu bermain maka kamu dapat melakukan experimen senjata dengan berbagai situasi yang kamu temui. Kamu juga akan masih membawa dua senjata dan dua peledak pada saat yang bersamaan, tapi tidak ada batasan senjata apa yang dapat kamu bawa.
blastin2 AI musuh dalam game Battlefield 4 terbilang sangat baik. Mereka akan menggunakan perlindungan dengan baik dan akan berusaha untuk membuat kamu keluar dari tempat perlindungan dengan cara melempar granat atau memutar dari samping (flanking). Kesulitan untuk membunuh musuh (dan dibunuh musuh) tergantung dari tingkat kesulitan yang kau pilih. Di Battlefield 4 kamu tidak akan melihat terlalu banyak musuh berdiri di area terbuka sambil menembaki kamu, berjalan ke arah tembok, atau tidak menembak padahal sudah berhadapan muka seperti yang kamu sering temui di game dengan AI yang kurang pintar. AI dari pasukan kamu juga terhitung pintar, mereka akan berjalan di depan kamu ketika menyusuri sebuah jalan tapi ketika kamu mulai menembak mereka akan bergerak menyamping, AI pasukan juga tidak bodoh untuk stuck disebuah tempat dan menghambat perjalanan kamu.
Saya memang menemukan beberapa bug sewaktu bermain, tapi kebanyakan dari bug ini dapat diselesaikan dengan update driver graphic card. Beberapa bug lain yang saya temukan adalah mayat yang mengambang dan sebuah bug yang membuat saya mati ketika memanjat tangga. Walaupun begitu bug ini jarang terjadi dan tidak mengganggu saya ketika bermain sama sekali. Memang benar bahwa tidak terdapat banyak inovasi dalam gameplay Battlefield 4, namun menurut saya memang game ini tidak membutuhkannya. Kegagalan Battlefield 3 dikontribusikan oleh ceritanya yang tidak kuat dan untungnya hal tersebut diperbaiki di Battlefield 4.
action

Cerita: Acting Sedikit Saja Sebenarnya Sudah Cukup

Battlefield 3 mempunyai kualitas gameplay multiplayer yang sangat seru, namun mode single-playernya terasa kekurangan sesuatu. Para pemain jelas mengharapkan cerita yang sangat fantastis dari game ternama seperti ini, tapi sayangnya ceritanya hambar dan mudah terlupakan. Battlefield 4 memperbaiki hal ini dalam hampir segala sisi, Battefield 4 menawarkan mode story yang kuat dengan nama karakter yang pasti kamu akan ingat lama bahkan setelah menamatkan game ini.
deadship Warning: Sedikit Spoiler tentang awal-tengah cerita.
Kamu akan berperan sebagai Daniel Recker, anggota dari US Special Force dengan nama team Tombstone. Tombstone ini adalah salah satu kelompok militer yang mencoba untuk mengatasi kudeta militer di China akibat pembunuhan Jin Jie, politikus yang menyuarakan pergantian sistem di negeri China dan berpotensi besar untuk menjadi president China selanjutnya. Akibatnya Shanghai menjadi kacau balau dan Komandan Zhang menyerbu kota ini dan merebut kepemimpinannya.
Seperti kebanyakan shooter, kamu akan berperan sebagai anggota militer tingkat rendah dan kamu akan menghabiskan banyak waktu dengan peluru dan granat dan bukan berdebat dengan politikus China untuk menyelesaikan masalah ini. Terlepas dari apakah cerita ini terbilang seru atau tidak,  yang pasti adalah cerita ini mampu membuat ikatan yang terlihat jelas dengan setiap misi yang kamu jalani. Ini adalah peningkatan yang besar jika dibanding dengan Battlefield 3.
Kebanyakan karakter yang kamu akan temui dalam game ini akan meninggalkan kesan, namun sebagian besar waktu akan kamu habiskan dengan Irish, seorang rekan di Tombstone dan dengan “Hannah” seorang agen intelijen China yang bekerja sama dengan Tombstone. Untungnya, voice actor yang mengisi karakter ini terbilang sangat mantap. Irish diperankan oleh Micahel K. Williams yang terkenal lewat perannya sebagai Omar di acara televisi The Wire dan Hannah diperankan oleh Jessika Van. Kedua voice aktor ini saya sebutkan namanya karena tanpa mereka maka game ini tidak akan terasa sama. Kedua karakter ini mempunyai dialog yang ditulis dengan baik dan kedua voice actor terasa mempunyai chemistry yang begitu nyata.
cursing
DICE (developer game ini) telah cukup cermat untuk menekankan cerita dalam seri Battlefield 4 ini dan menjaga agar plotnya tetap masuk akal. Sebagai contoh kamu tidak akan pernah menerbangkan pesawat di game ini karena Recker bukanlah seorang pilot. Hal ini mungkin terasa mengurangi kesenangan bermain, tapi dengan fokus seperti ini ceritanya menjadi terjaga kualitasnya. Sayangnya ini juga berarti story modenya akan berlangsung pendek, seorang pemain veteran dapat menamatkan game ini dalam waktu kurang dari 6 jam.
Untungnya kamu akan mempunyai alasan untuk memainkan ulang story modenya karena nantinya kamu akan diberikan beberapa pilihan yang mempunyai pengaruh besar terhadap endingnya. Jika saya ceritakan lebih lanjut maka itu akan menjadi spoiler, tapi yang bisa saya katakan adalah saya sangat-sangat terkejut dengan ending pertama saya.
theyretheenemy
Cerita Battlefield 4 tidaklah sempurna. Kamu dapat melihat sifat sinis karakter Irish yang sangat berlebihan dan ada beberapa plot cerita yang akan membuat kamu bertanya-tanya mengapa hal itu mungkin terjadi. Game ini juga sempat hampir menyentuh beberapa masalah rasial namun sebelum itu terjadi Battlefield 4 mengakhirinya sehingga tidak akan mempengaruhi kamu dalam bermain. Ceritanya memang pendek tapi sangat seru seperti action movie dan kamu akan menemukan beberapa karaker menarik seiring perjalanan.
shanghaibest

Atmosphere: Selamat Datang di Asia

Secara visual Battlefield 4 dapat dikatakan sangat-sangat mengagumkan. Pada setting grafis tertinggi gamenya terlihat sebaik game PC lain yang pernah saya mainan dan jalan dengan sangat smooth. Dan untungnya DICE menggunakan seluruh map dengan effesien, kamu akan diajak untuk menyusuri Shanghai dimalam hari ketika hujan deras dan Singapura ketika badai tropis menerjang. Kamu juga akan terlibat dalam petarungan di air dengan menggunakan perahu kencang yang sangat terlihat realistis.
singa tank
Tapi apa yang membedakan game ini dari yang lain adalah tingkat detailnya. Lingkungan dibuat dengan berbagai ornamen lengkap dan terasa sangat nyata dan hidup. Namun sayangnya walaupun lingkungannya sangat indah tapi kamu tidak akan mempunyai banyak waktu untuk melihat-lihat, tidak dengan tentara China yang sedang menembaki kamu.
up close and personal
Suara di Battlefield 4 benar-benar layak diacungi jempol. Suara desingan peluru dan ledakan game ini mampu membuat tulang kamu bergetar (jika kamu menyetel suara cukup keras). Selain itu kamu juga dapat mendengar percakapan para tentara China dengan detail. Musiknya juga terbilang sangat baik, DICE memilih untuk menggunakan musik elektronik dengan sangat minimalis dan membiarkan suara asli dari suasana perang mengisi ruangan kamu. Tapi walaupun begitu musik dengan frekuensi yang rendah dan berulang-ulang ini mampu membuat pertempurannya terasa lebih seru lagi.
snow world

Multiplayer

Saya akan posting khusus mengenai multiplayer Battlefield 4 begitu saya telah memainkannya cukup lama dan naik level, tapi dari apa yang saya mainkan kali ini pengalamannya bisa dikatakan sama. Seperti seri sebelumnya pemain dapat memilih satu dari beberapa class dan melakukan kustomisasi dengan berbagai equipment. Tentu saja seiring kamu bermain dan naik level peralatan baru akan terbuka juga untuk digunakan.
mp-customization
Rush, Conquest dan Team & Squad Deatmatch masih menjadi menu utama dari multiplayernya. Terdapat menu baru yang bernama Obliteration yang nampaknya mencoba untuk mengabungkan pertermpuran dengan jumlah pemain yang banyak dengan mode Rush. Namun ketika saya coba, saya dipentalkan kembali ke lobby, ntah bug atau memang masih belum ada orang yang bermain mode ini. Nanti ini akan saya bahas lebih lanjut.
mp dead
Tambahan baru di multiplayernya adalah Test Range, dimana kamu dapat mencoba semua senjata dan kendaraan dalam game ini dalam sebuah arena tanpa musuh. Kamu dapat mengakses menu ini  untuk berlatih senjata dan juga kendaraan, cocok bagi pemain baru. Saya malah berencana untuk menghabiskan waktu cukup lama di Test Range untuk belajar menerbangkan helicopter tanpa menghancurkannya dalam seketika.
tes range mp
Ada juga mode baru bernama Commander, yang terintegrasi dengan aplikasi tablet dimana kamu dapat bermain sebagai komandan dalam perang yang memberikan bantuan berupa supplies dan memberikan panduan orang yang sedang bermain di PC, tapi itu belum tersedia pada saat revew ini dibuat. Dan jikalaupun sudah tersedia maka kamu harus naik level sampai 10 untuk bisa mengaksesnya.
Tidak ada yang benar-benar baru di multiplayer 4, bisa dibilang sama dengan Battlefield 3 kecuali dengan map baru dan beberapa perubahan minor. Tapi sekali lagi, itu bukan hal yang buruk. Jika kamu suka dengan multiplayer Battlefield 3 (yang mana jutaan orang menyukainya) maka kamu akan suka dengan multiplayer Battlefield 4. Secara pribadi, saya sudah tidak sabar untuk kembali ke medan perang.
shanghai

Verdict

Battlefield 4 adalah game yang luar biasa. Kamu tidak akan menemukan inovasi yang benar-benar baru, tapi memang tidak diperlukan jika dari awalnya game ini sudah menggunakan formula yang benar-benar mantap. DICE lewat Battlefield 4 telah berhasil menambahkan potongan yang hilang dan itu adalah cerita yang menarik. Ini telah membuat Battlefield 4 sebagai seri Battlefield terbaik sejauh ini.  
(diedit dan diterjemahkan oleh Hizkia Eha)
Review ini pertama kali muncul di Games in Asia

0 komentar :

Copyright © 2016 One Cyber Area